Umum
Cara Atur Pengeluaran Usaha agar Bisa Survive di Masa Krisis

Krisis ekonomi adalah tantangan besar bagi semua pelaku usaha.
Baik bisnis kecil, menengah, maupun besar, semuanya terkena dampak ketika daya beli menurun, harga bahan baku melonjak, dan ketidakpastian meningkat. Oleh karena itu, kemampuan mengatur pengeluaran usaha menjadi sangat penting agar bisnis tetap bisa bertahan (survive) di tengah badai ekonomi.
Artikel ini akan mengulas strategi lengkap untuk mengatur pengeluaran usaha, mulai dari membuat anggaran yang efisien, mengendalikan biaya operasional, hingga memanfaatkan peluang bisnis yang relevan dengan situasi krisis. Tidak hanya itu, artikel ini juga akan menyoroti contoh bisnis-bisnis yang berhasil adaptif di masa sulit, seperti warmindo, franchise F&B, hingga pengalaman dalam franchise Indomaret.
Mengapa Pengelolaan Keuangan Menjadi Kunci Utama Saat Krisis?
Saat krisis terjadi, pendapatan usaha cenderung menurun, sedangkan pengeluaran bisa tetap atau bahkan meningkat. Jika tidak kita kelola dengan cermat, ini bisa menyebabkan kerugian, stagnasi, atau bahkan gulung tikar. Berikut alasan mengapa pengelolaan pengeluaran sangat penting:
-
Menjaga cash flow tetap positif
-
Menghindari hutang yang tidak produktif
-
Menyesuaikan strategi bisnis dengan realita pasar
-
Membuka peluang untuk efisiensi jangka panjang
Dengan memahami ini, pelaku usaha bisa menyusun langkah-langkah realistis agar tetap eksis bahkan ketika badai ekonomi menerjang.
1. Evaluasi Ulang Seluruh Pengeluaran Bisnis
Langkah awal untuk mengatur pengeluaran adalah dengan melakukan audit terhadap semua pengeluaran yang ada. Klasifikasikan biaya menjadi tiga kategori:
-
Biaya tetap (fixed cost): seperti sewa tempat, gaji pokok, dan langganan.
-
Biaya variabel (variable cost): seperti bahan baku, listrik, pengiriman.
-
Biaya tak terduga atau tidak esensial: seperti biaya hiburan, dekorasi, hadiah promosi mahal.
Pertanyaannya, dari semua biaya itu, mana yang bisa dikurangi, dinegosiasikan ulang, atau bahkan dihilangkan?
Contoh nyata:
Seorang pelaku usaha warmindo berhasil mengurangi biaya operasionalnya hingga 20% dengan hanya menyajikan menu yang cepat dimasak dan bahan bakunya bisa dibeli grosir. Konsep ini bisa kamu baca lengkap di artikel Cara Gabung Warmindo: Panduan Lengkap Memulai Bisnis Warung Makan Indomie.
2. Prioritaskan Pengeluaran Produktif
Di masa krisis, uang yang dibelanjakan harus bisa menghasilkan nilai balik. Artinya, setiap pengeluaran harus dianalisis: Apakah ini akan memberikan dampak langsung pada penjualan atau pertumbuhan usaha?
Misalnya:
-
Iklan di media sosial yang terarah bisa langsung mendatangkan pelanggan.
-
Pelatihan untuk karyawan agar lebih efisien justru bisa menghemat biaya operasional ke depannya.
Sementara itu, pengeluaran seperti menyewa kantor besar atau membeli alat kerja mahal mungkin bisa ditunda.
3. Gunakan Sistem Pembukuan Digital
Banyak UMKM masih mencatat pemasukan dan pengeluaran secara manual. Padahal, di masa krisis, visibilitas keuangan sangat krusial. Gunakan aplikasi pencatatan keuangan seperti BukuKas, Moka, atau QuickBooks untuk:
-
Memantau arus kas harian
-
Membandingkan rencana vs realisasi anggaran
-
Mengambil keputusan berdasarkan data, bukan perasaan
4. Negosiasikan dengan Vendor dan Pemasok
Ketika daya beli menurun, pemasok dan vendor pun terdampak. Inilah saat yang tepat untuk melakukan negosiasi ulang:
-
Minta pembayaran termin lebih panjang
-
Negosiasi diskon pembelian dalam jumlah besar
-
Tukar barang atau jasa untuk memangkas biaya tunai
Vendor yang ingin tetap mempertahankan pelanggan akan lebih terbuka untuk fleksibilitas.
5. Pangkas Pengeluaran Tanpa Mengorbankan Kualitas Layanan
Memotong pengeluaran bukan berarti menurunkan kualitas. Caranya:
-
Ganti kemasan produk dengan versi yang lebih murah namun tetap menarik
-
Kurangi jam operasional di waktu sepi
-
Gunakan strategi “pre-order” untuk menghindari kelebihan stok
Contoh lain adalah banyak pelaku bisnis F&B yang menyederhanakan menu di masa krisis untuk efisiensi dapur dan bahan. Strategi ini dibahas secara mendalam dalam artikel Franchise F&B 2025: Tren, Peluang, dan Strategi.
6. Maksimalkan Teknologi dan Otomatisasi
Digitalisasi adalah penyelamat di masa krisis. Dengan teknologi, kamu bisa:
-
Menghemat biaya tenaga kerja dengan otomatisasi kasir dan pemesanan
-
Menjangkau lebih banyak konsumen lewat marketplace online
-
Menggunakan chatbot untuk customer service
Bahkan bisnis kecil seperti laundry dan makanan rumahan kini sudah menggunakan sistem digital untuk efisiensi dan ketepatan layanan.
7. Jaga Hubungan Baik dengan Pelanggan dan Karyawan
Pengeluaran usaha tak hanya soal angka, tapi juga soal manusia. Karyawan dan pelanggan adalah aset penting yang harus dijaga.
-
Terapkan sistem kerja fleksibel atau paruh waktu untuk menghindari PHK
-
Buat program loyalitas pelanggan dengan biaya rendah namun berdampak besar
-
Ajak pelanggan ikut bantu promosi lewat testimoni atau referral
Pelanggan yang loyal bisa jadi penyambung napas usaha kamu saat krisis berlangsung lama.
8. Pertimbangkan Model Bisnis Alternatif
Masa krisis kadang menuntut kita untuk berpikir di luar kotak. Misalnya:
-
Jika kamu pengusaha offline, pertimbangkan buka channel penjualan online.
-
Jika bisnis utama sepi, pertimbangkan menjual produk yang sedang dibutuhkan, seperti makanan beku, masker, atau alat rumah tangga.
Bahkan beberapa orang justru memulai usaha franchise di masa krisis karena sistemnya sudah siap pakai dan lebih efisien.
Salah satu cerita inspiratif adalah pengalaman bergabung di franchise Indomaret yang ternyata cukup menjanjikan bahkan di masa sulit. Kamu bisa membaca kisah lengkapnya di artikel Pengalaman Ikut Franchise Indomaret: Peluang Bisnis yang Menjanjikan.
9. Bangun Dana Darurat Bisnis
Sama seperti keuangan pribadi, bisnis juga butuh dana darurat. Dana ini bisa digunakan saat:
-
Penjualan anjlok
-
Ada gangguan operasional mendadak
-
Butuh menutupi biaya pokok sementara waktu
Idealnya, dana darurat bisnis minimal setara dengan biaya operasional 3 bulan. Jika belum punya, sisihkan sedikit demi sedikit dari laba bersih.
10. Evaluasi dan Revisi Rencana Keuangan Secara Berkala
Kondisi ekonomi bisa berubah dengan cepat. Oleh karena itu, pengaturan pengeluaran tidak boleh statis. Evaluasi rutin setiap bulan untuk:
-
Melihat efektivitas strategi efisiensi
-
Menemukan pengeluaran yang masih bisa dikurangi
-
Menyesuaikan anggaran dengan realitas pasar
Buat rencana keuangan fleksibel yang bisa diubah jika situasi memburuk atau membaik.
Penutup: Bertahan di Masa Krisis Bukan Sekadar Mengencangkan Ikat Pinggang
Mengatur pengeluaran usaha agar bisa survive di masa krisis bukan hanya soal mengurangi biaya, tapi juga soal adaptasi, kreativitas, dan ketegasan dalam mengambil keputusan.
Krisis bisa menjadi pemicu untuk menyusun ulang prioritas, menata ulang cara kerja, dan bahkan menemukan peluang baru yang tidak terlihat sebelumnya. Mulailah dari hal sederhana: catat semua pengeluaran, kurangi biaya tak penting, dan cari cara agar setiap rupiah yang keluar memberikan dampak positif bagi bisnis kamu.
Ingat, banyak bisnis besar hari ini lahir dari masa-masa krisis. Siapa tahu, keputusan efisien yang kamu ambil hari ini justru menjadi fondasi kokoh bagi pertumbuhan usaha ke depan.
Jika kamu sedang mencari inspirasi jenis bisnis yang tahan krisis, kamu bisa pertimbangkan:
-
Cara Gabung Warmindo: Panduan Lengkap Memulai Bisnis Warung Makan Indomie
-
Pengalaman Ikut Franchise Indomaret: Peluang Bisnis yang Menjanjikan
Semoga artikel ini membantu kamu mengambil keputusan yang bijak dan membuat bisnismu tetap survive, bahkan berkembang di masa krisis.
Umum
Cara Berdagang untuk Pemula Strategi Sukses Khusus Ibu-Ibu

Memulai usaha dagang memang bisa terasa menantang, namun dengan strategi yang tepat, ibu-ibu bisa menjalankannya secara konsisten.
Oleh karena itu, artikel ini hadir untuk memberi panduan lengkap bagi ibu-ibu yang ingin berdagang dari rumah. Selain itu, dengan menggunakan kata transisi secara konsisten, informasi akan tersampaikan secara lebih mengalir.
1. Mengapa Dagang Cocok untuk Ibu-Ibu?
Pertama-tama, mari kita bahas alasan mengapa dagang sangat cocok bagi ibu-ibu. Sebagai contoh, ibu-ibu memiliki fleksibilitas waktu yang lebih tinggi. Selanjutnya, ibu-ibu biasanya sudah memahami kebutuhan rumah tangga, sehingga bisa menentukan produk yang tepat untuk dijual. Di samping itu, berdagang bisa menjadi solusi tambahan pemasukan.
2. Menentukan Produk yang Tepat
Setelah memahami potensi berdagang, langkah selanjutnya adalah menentukan produk yang akan dijual. Misalnya, ibu-ibu dapat memilih produk makanan ringan, minuman herbal, atau baju anak. Selain itu, pastikan produk yang dipilih sesuai dengan kebutuhan pasar. Karena itu, lakukan riset kecil-kecilan di lingkungan sekitar.
3. Memulai dari Lingkungan Terdekat
Selanjutnya, memulai usaha dari lingkungan terdekat sangat disarankan. Sebagai ilustrasi, tawarkan produk kepada tetangga, teman arisan, atau komunitas sekolah anak. Karena jaringan sosial ibu-ibu cukup luas, peluang untuk mendapatkan pelanggan pertama akan lebih besar. Di samping itu, testimoni dari orang terdekat dapat meningkatkan kepercayaan calon pembeli lainnya.
4. Menentukan Harga Jual yang Wajar
Berikutnya, tentukan harga jual yang wajar. Agar tetap kompetitif, ibu-ibu perlu menghitung modal, biaya tambahan, dan keuntungan. Selain itu, bandingkan harga dengan pesaing. Dengan begitu, pelanggan akan merasa harga yang ditawarkan cukup adil.
5. Memanfaatkan Media Sosial
Untuk menjangkau lebih banyak pembeli, gunakan media sosial. Karena Instagram dan WhatsApp sangat populer di kalangan ibu-ibu, maka mulailah dari dua platform tersebut. Selain itu, unggah foto produk dengan pencahayaan yang baik. Kemudian, tambahkan caption yang informatif dan persuasif.
6. Bergabung dengan Komunitas Bisnis Ibu-Ibu
Agar semangat terus terjaga, ibu-ibu bisa bergabung dengan komunitas bisnis. Dengan demikian, akan lebih mudah bertukar pengalaman dan ide. Di sisi lain, banyak komunitas yang secara rutin mengadakan pelatihan dan webinar. Oleh karena itu, ikut serta dalam kegiatan tersebut bisa memperluas wawasan bisnis.
7. Mengelola Waktu dengan Efektif
Meskipun sibuk mengurus keluarga, ibu-ibu tetap bisa menyisihkan waktu untuk berdagang. Sebagai solusi, buat jadwal harian yang fleksibel. Selanjutnya, libatkan anggota keluarga untuk membantu produksi atau pengemasan. Di samping itu, manfaatkan waktu senggang anak untuk menyelesaikan tugas-tugas usaha.
8. Strategi Promosi Sederhana
Agar penjualan meningkat, buatlah promosi secara rutin. Misalnya, berikan potongan harga untuk pembelian kedua. Selain itu, ibu-ibu juga bisa menawarkan bonus kecil sebagai bentuk apresiasi. Karena itu, pelanggan akan merasa dihargai dan berpeluang menjadi pelanggan tetap.
9. Menjaga Kualitas Produk
Selain promosi, kualitas produk juga harus dijaga. Untuk itu, gunakan bahan berkualitas dan perhatikan kebersihan. Dengan demikian, pelanggan akan merasa puas. Selain itu, mereka kemungkinan besar akan merekomendasikan produk kepada orang lain.
10. Evaluasi Rutin dan Perencanaan
Akhirnya, lakukan evaluasi secara rutin. Sebagai contoh, catat jumlah penjualan setiap minggu. Selanjutnya, analisis produk mana yang paling laris. Berdasarkan data tersebut, ibu-ibu bisa membuat rencana pengembangan usaha. Karena evaluasi penting, jangan sampai melewatkannya.
11. Peluang Kemitraan dan Franchise
Selain berdagang sendiri, ibu-ibu juga bisa mempertimbangkan peluang kemitraan. Salah satu contohnya adalah franchise frozen food. Dengan cara ini, ibu-ibu tidak perlu merintis dari nol. Sebaliknya, sistem usaha sudah tersedia, termasuk bahan baku dan pelatihan. Karena itu, usaha bisa berjalan lebih cepat.
12. Inspirasi dari Tren Bisnis Unik
Bagi ibu-ibu yang ingin tampil beda, cobalah melihat tren bisnis unik. Misalnya, produk ramah lingkungan atau kerajinan tangan bisa menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, tren ini biasanya menyasar pasar yang spesifik. Oleh karena itu, peluang untuk sukses lebih besar.
13. Penutup: Semangat Ibu-Ibu Berdagang
Sebagai penutup, ingatlah bahwa berdagang adalah proses belajar. Karena itu, nikmati setiap langkahnya. Meskipun ada tantangan, jangan menyerah. Justru dari tantangan itulah ibu-ibu bisa tumbuh. Untuk inspirasi lebih lanjut, kunjungi bisnisnaikkelas.id.
Dengan menggunakan kata transisi secara konsisten, artikel ini bertujuan memudahkan pemahaman sekaligus memberikan panduan yang mengalir. Semoga ibu-ibu bisa memulai usaha dagang dengan percaya diri dan penuh semangat!